HAMA PENGGEREK BATANG PADA TANAMAN PADI


  1. Deskripsi Singkat

Tanaman padi merupakan tanaman pangan yang bukan hanya penting bagi masyarakat Indonesia tetapi juga penting bagi miliaran penduduk di Asia, Afrika dan Amerika Latin sebagai sumber bahan makanan pokok. Menurut Zeigler (2009), setiap tahunnya penduduk dunia yang menjadikan beras sebagai makanan pokok bertambah 50 juta orang. Untuk mengimbangi peningkatan kebutuhan beras tersebut maka perlu diimbangi dengan peningkatan produksi beras terutama di Indonesia. Tetapi upaya peningkatan produksi padi sampai saat ini masih menemui berbagai kendala.

Salah satu kendala dalam peningkatan produktivitas padi adalah kerusakan yang disebabkan oleh serangga penggerek batang padi. Di Indonesia sampai saat ini diketahui terdapat lima jenis serangga penggerek batang (Kalshoven 1981), yaitu penggerek batang padi putih (Scirpophaga Innotata) penggerek batang padi kuning (S. Incertulas), penggerek batang padi merah jambu (Sesamia Inferens), penggerek batang padi bergaris (Chilo Supressalis) dan penggerek batang padi berkepala hitam (C. Polychrysus). Menurut Idris (2008), serangan hama penggerek batang padi dapat mengakibatkan penurunan produksi padi 10-30%, bahkan dapat menyebabkan tanaman padi menjadi puso. Tanaman padi yang terserang hama penggerek batang pada fase vegetatif awal dengan intensitas sampai 30% tidak akan mengakibatkan penurunan produksi, terutama bagi varietas tanaman padi yang mampu menumbuhkan anakan yang lebih banyak pada fase vegetatif.


Dari kelima jenis penggerek batang padi diatas terdapat tiga jenis yang sangat dominan di Indonesia yaitu penggerek batang merah jambu, penggerek batang kuning dan penggerek batang putih. Kebanyakan petani di Indonesia hanya mengenal dua jenis yaitu penggerek batang padi kuning dan penggerek batang padi putih, namun keberadaan penggerek batang padi merah jambu juga sering kali ditemui terutama ketika serangan hama dengan intensitas tinggi.


  1. Ciri-Ciri Serangan

Serangan hama penggerek batang pada saat tanaman memasuki stadia vegetatif menyebabkan terganggunya pembentukan anakan produktif sehingga berpengaruh terhadap produksi padi. Gejala yang nampak adalah anakan tanaman menjadi layu kemudian kering yang disebabkan terganggunya suplai makanan ke daun karena adanya serangan larva hama penggerek batang yang menyerang titik tumbuh. Tanaman yang terserang menjadi gampang tercabut karena batang tanaman yang terpotong dan biasanya terdapat lubang gerekan di pangkal batang, disanalah biasanya terdapat ulat/larva penggerek batang.

Tanaman padi yang terserang hama penggerek batang ketika memasuki stadia generatif akan mengalami gangguan suplai makanan ke malai sehingga malai yang terbentuk menjadi kosong/hampa dan biasanya berwarna putih. Serangan hama tersebut dimulai ketika tanaman bunting sampai terbentuknya malai. Malai tanaman padi yang terserang akan sangat mudah tercabut. 


Serangan hama pada stadia vegetatif

Serangan hama pada stadia generatif



  1. Pencegahan dan Pengendalian

Pencegahan dan pengendalian serangan hama penggerek padi dapat dilakukan dengan penyesuain teknik budidaya, rekayasa fisik dan mekanik, memanfaatkan agen hayati dan menggunakan bahan kimia secara terkendali. Berikut ini penjelasan singkat upaya-upaya pencegahan dan pengendalian hama penggerek padi.

  1. Penyesuaian Teknik Budidaya

Teknik budidaya yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan pengaturan waktu tanam berdasarkan penerbangan ngengat atau populasi larva di tunggul padi. Kegiatan penanaman jangan dilakukan bertepatan dengan puncak penerbangan ngengat. Penanaman dapat dilakukan 15 hari setelah puncak penerbangan ngengat generasi pertama atau 15 hari sesudah puncak penerbangan ngengat generasi berikutnya apabila generasi penerbangan ngengat overlap. Penanaman serentak juga dapat dilakukan untuk membatasi sumber makanan bagi penggerek batang padi. Sedangkan rotasi penanaman dengan tanaman palawija dapat dilakukan untuk memutus siklus hidup hama.

  1. Fisik dan Mekanik

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah atau menanggulangi serangan hama penggerek batang secara fisik adalah dengan mengumpulkan atau mengambil telur ngengat pada saat di persemaian menangkap ngengat menggunakan jebakan lapu dan dengan melakukan pemotongan batang padi hingga pangkal saat panen kemudian merendam areal persawahan agar telur dan larva ngengat membusuk.

  1. Pemanfaatan Agen Hayati

Agen hayati yang dapat digunakan untuk memerangi hama penggerek batang padi adalah musuh alaminya (parasitoid) yaitu Trichogramma Japonicum. Trichogramma Japonicum merupakan salah satu parasitoid yang terbukti dapat digunakan sebagai faktor pengendali populasi hama di lapangan, dan telah digunakan dalam pengendalian hama tanaman pangan, sayuran, buah-buahan dan perkebunan di Asia, Eropa dan Amerika (Naito dan Djuarso 1994). Namun dalam penggunaannya banyak aspek yang harus diperhatikan, salah satunya adalah aspek kebugaran dari parasitoid tersebut. Menurut Hassan (1993) keberhasilan pelepasan parasitoid telur dan parasitoid larva ditentukan oleh kualitas (kebugaran) parasitoid yang lepaskan. Salah satu ciri parasitoid yang dapat dipakai untuk menilai kualitas parasitoid adalah ukuran parasitoid betina (Pavlik 1993). Parasitoid betina yang ukurannya lebih besar mempunyai kemampuan memarasit inang yang lebih banyak dibandingkan yang ukurannya lebih kecil. Sedangkan menurut Godfray (1994) selaian ukuran imago betina, ciri-ciri kebugaran Trichogramma yang telah banyak dipelajari adalah potensi produksi telur, lama hidup, dan keberhasilan kawin setiap individu.

  1. Penggunaan Pestisida Terkendali

Penggunaan teknik ini merupakan usaha terakhir yang dapat ditempuh apabila cara yang lain tidak berhasil. Lakukan pengamatan pada lampu perangkap, bila ditemukan serangga penggerek batang maka lakukan aplikasi insektisida pada hari keempat setelah ditemukannya ngengat. Gunakan insektisida butiran pada persemaian jika disekitar peresmian ditemukan padi yang sudah siap panen di hari ke 1 sebelum bibit dicabut.Aplikasi insektisida butiran dapat dilakukan pada fase vegetatif dengan dosis 20 kg/ha dengan bahan aktif karbofuran (seperti merek furadan). Sedangkan apabila ingin menggunakan insektisida cair dapat dilakukan dengan menggunakan bahan aktif Dimehipo, Klorantraniliprol dan Spinetoram. Agar aplikasi insektisida memperoleh hasil yang maksimal alangkah baiknya memperhatikan beberapa hal seperti dosis yang tepat, melakukan pengeringan lahan sebelum disemprot, dilakukan setelah embun hilang dari tanaman, dilakukan sore hari dan tidak boleh dilakukan saat angin bertiup kencang.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

IKHLASUNNIYAH

SU’UDZON DAN HUSNUDZON

HADITS TENTANG MENCARI ILMU